Setiap
pribadi memilki pandangan yang berbeda mengenai sesuatu, dan seseorang juga
dapat memiliki perspektif yang berbeda. Seseorang yang bijaksana bukan hanya
memandang menurut pandangan mereka sendiri, namun juga menempatkan melalui
sudut pandang orang lain. Selalu ada alasan mengapa seseorang meyakini perspektif
mereka, baik adanya bukti nyata maupun pendalaman dari pemikiran logis mereka. Coba
perhatikan gambar di bawah ini.
Kebenaran mungkin akan sulit
dinyatakan untuk menjawab ada berapa gambar balok pada gambar diatas. Seseorang
di sebelah kanan mengatakan terdapat tiga buah balok sedangkan seorang lain
disebelah kiri mengatakan terdapat empat buah balok. Mereka memandangnya sesuai
dengan posisi mereka. Satu hal yang
dilihat melalui sudut pandang yang berbeda akan nampak berbeda pula. Tidak ada
kesalahan dari kedua perspektif tersebut. Seperti saat membuat segelas kopi. Seseorang
bebas menambahkan gula ke dalam kopi tersebut, sesuai dengan selera lindah
masing-masing. Ada yang hanya menambahkan satu sendok the gula pasir dan dia
mengangapnya sudah cukup manis. Namun, saat kopi tersebut di minum oleh orang
lain, maka dia mengatakan minuman itu pahit. Rasa pahit kopi masih mendominan,
sedikit gula yang ditambahkan belom sanggup menawarkan rasa pahit kopi
tersebut. Begitu pula dengan sebuah permasalahn. Masalah yang dihadapi layaknya
segelas kopi pahit murni. Bagaimana kita bisa menikmati kopi tersebut,
bagaimana rasa pahit itu kita tawarkan tanpa harus menghilangkan sepenuhnya. Masalah,
cobaan dan rintangan tidak disebabkan oleh Sang Pencipta. Bukan kesalahn Tuhan
jika manusia mengalami kesulitan, bukan salah Tuhan jika manusia menderita. Musibah
datang saat manusia merasa tidak ada kesempatan dan belum siap dengan keadaan,
sementara keberuntungan datang saat manusia itu siap dengan peluang yang ada. Masalah bukan untuk
dihindari. Masalah layaknya segelas kopi pahit yang kemudian dapat kita
rekayasa sehingga kita dapat menikmatinya.
Saat seseorang memandang masalah itu
sebagai suatu beban yang berat dan kemustahilan untuk dipecahkan, maka dia
hanya akan melakukan sedikit usaha untuk mengatasinya, yang berarti hanya
sedikit gula pasir yag dia tambahkan pada kopi pahitnya. Sementara itu,
seseorang yang memandang permasalah sebagai tantangan awal untuk memperkaya dirinya,
maka dia akan berusaha keras untuk melakukan perlawanan terhadap masalah
tersebut. Dia tidak akan membiarkan dirinya kalah dalam pertempuran tehadap
dirinya sendiri. Kemengan melawan suatu masalah berarti menang melawan
ketakutan dan kerapuhanmu. Bertahan merupakan
kunci awal dari sebuah pergerakan. Saat mereka dapat bertahan pada keberadaan
mereka, maka secara perlahan mereka akan melakukan pergerakan untuk melakukan
perubahan. Kekalahan menjadi cambuk awal untuk membuat mereka berlari. Seperti seekor
kuda, mereka akan semakin kencang saat tuannya melecutkan cambukannya. Seperti sebuah
duri yang akan semakin berteriak saat kau menginjaknya.
Permasalahn besar yang
dihadapi akan terasa ringan untuk dijalani saat kita bisa menawarkannya. Seberapa
banyak “gula” yang mampu kau berikan pada setiap masalahmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar