Dibalik Pintu Gereja


Gema nyanyian pujian membelah suasana syahdu gedung gereja. Mengalun lembut, mendayu-dayu. Berdesir. Jiwa-jiwa manusia memuji keagungan Sang Pencipta. Berpadu dengan nyanyian syukur sang malaikat Tuhan, memuja Sang Esa. Aku berdiri di sana. Di tepi barisan bangku nomor tiga dari belakang. Berdiri tegap dengan kedua tangan menyatu terkatup rapat. Memandang patung Sang Juruselamat yang telah disalibkan. Aku turut menyumbang suara. Walau terkadang suara ku terdengar sumbang dan tidak berpadu dengan suara paduan suara yang melengking merdu. Aku tidak enggan. Mulut ku terbuka menyuarakan nada-nada pujian yang sudah lama aku kenal. Suara ku terdengar menggema. Berguling-guling bersahutan dengan suara ratusan umat Tuhan yang bersorak gembira memuji Sang Esa. Mereka bersorak. Menggebu-gebu menyambut kehadiran Tuhan diatara umat kesayanganNya. Menyambut kasih setia yang tiada henti Dia alirkan untuk umat ciptaanNya. Mereka percaya. Tuhan hadir selalu disekitar mereka. Setumpuk beban yang mereka rasakan, kini terasa melegakan. Sebongkah permasalahan yang mereka pikul terasa ringan. Tidak ada lagi ganjalan yang akan menghalangi mereka untuk menghadap sejenak kepada yang Kuasa. Mereka lupakan. Aku pun juga. Setumpuk rasa yang mulanya