Say no to BROKEN!
Selsa punya sahabat deket cowok, namanya
Irsai. Mereka selalu bareng, dimana ada Selsa pasti ada Irsai (kecuali pas ke
kamar mandi heee). Saat itu Irsai lagi ngincer seorang cewek murid kelas 1. Seorang
cewek cantik, manis, imut tapi sangat judes saat ngehadepin Irsai. Namun,
dengan sabar Irsai berusaha untuk meluluhkan hati si cewek idamannya. Bak minum
secangkir Cappucino,
diminum saat panas secara perlahan. Ahh… nikmatnya. Begitu prinsip yang dipegang oleh seorang Irsai, sahabat karib Selsa.
diminum saat panas secara perlahan. Ahh… nikmatnya. Begitu prinsip yang dipegang oleh seorang Irsai, sahabat karib Selsa.
“De,
aku pulag dulu ya. Semoga kamu mimpi indah”, kata Irsai saat malem Jumat
(harusnya kan malming) iseng-iseng berkunjung ke rumah Ade, sang pujaan
hatinya.
“Iya,
aku juga ingin bermimpi tentang cowok ku dan aku sedang berada di surge, pasti
seneng banget”, jawab Ade dengan mata berbinar-binar dan senyum terkembang
lebar.
Deg,
jantung Irsai serasa berhenti sejenak. ‘Cowok ku?’
“Emang
cowok kamu siapa, De?”, Tanya Irsai penasaran.
“Ehhmm…
ada aja. Besok pas Valentine kamu juga akan tau siapa cowok ku”, jawab Ade
enteng.
Irsai
hanya bisa mengangguk lesu, kecewa tak menemukan jawaban yang pasti dari Ade. Bertabur
rasa penasaran, Irsai melangkahkan kaki untuk pulang. Beribu pertanyaan
menyergap dalam benaknya. Ade udah punya cowok? Siapa cowoknya? Sejak kapan? Kenapa
dia sudah punya cowok? Dan kenapa cowok itu bukan aku? Kenapa??? Dengan langkah
lesu Irsai pulang, sepanjang jalan pertanyaan-pertanyaan itu membebani
pikirannya, menghimpit perasaannya.
Keesokan
harinya, Irsai langsung menyongsong ku, saat aku baru saja menginjakkan kaki di
depan pintu gerbang sekolah. Tanpa ada komando sama sekali, Irsai bercerita
begitu saja. Beribu kata tumpah begitu saja keluar dari mulutnya, dia bercerita
begitu detail mulai dari A sampai Z. Tak kuasa, aku pun hanya mendengarkannya
begitu saja sambil mengangguk seolah paham akan setiap kata yang diucapkannya. Aku
hanya berusaha untuk menempatkan diri sebagi seorang pendengar yang baik,
mendengarkan tumpahan perasaan seorang sahabat yang sedang dilanda gundah. Yahh,
aku pun merasa kasihan melihat Irsai seperti itu, aku menyimpulkannya sebagai ‘patah
hati’.
“Tapi sebenarnya itu Ade belum punya cowok”,
kata Irsai saat curhatannya mulai kelar.
“Dari mana kamu tau?”, tanya ku heran.
“Kemarin aku tanya salah satu temen
deketnya Ade”.
“Lah terus yang dimaksud ‘cowok ku’ waktu itu
apa?”, tanya ku semakin heran.
“Cowok yang dimaksud waktu itu adalah Dryta”.
“WHAT?”, aku tersentak kaget. “Bagaimana
bisa?”
“Mereka belum tentu sudah menjadi sepasang
kekasih, mungkin Ade hanya menyukai Dryta saja, sampai-sampai menganggap Dryta
sebagai kekasihnya”.
“Apa benar seperti itu?”, aku semakin
menyelidiki kebenaran dari kata-kata Irsai. “Lantas bagaimana kalau ternyata
mereka berdua……”, kata-kata itu tidak sanggup aku lanjutkan karena batin ku
terasa sakit.
“Entahlah, Sa…”, kata Irsai sambil beranjak
pergi meninggalkan Selsa.
Irsai hanya menunduk diam. Irsai merasa
kecewa dan sedih. Kenapa mesti Dryta yang dikagumi Ade? Kenapa tidak dirinya? Kenapa
semua kaum hawa begitu mengeluk-elukkan Dryta? Kenapa mesti Dryta yang memiliki
segalanya? Bagaimana dengan dirinya? Irsai begitu sedih. Menyakitkan. Namun,
bagaimana pun juga ini semua bukan sepenuhnya salah Dryta. Ya… ini semua bukan
salah Dryta. Toh Dryta tidak tau kalau Ade begitu menyukainya. Toh Dryta belum
tentu menyukai Ade. Tapi bagaimana jika…..? TIDAK! Jerit Irsai dalam hati.
Di tengah pergulatan batinnya, Irsai
kembali bertanya, lantas apa yang akan terjadi saat Valentine nanti? Apa yang
akan dilakukan oleh Ade dan Dryta? Tiba-tiba Irsai berbalik arah dan kembali ke
tempat semula dan menemui Selsa.
“Sa,…..”, panggil Irsai dari kejauhan.
“Yahh… kenapa?”, jawab kku agak
kebingungan.
“Aku mau tanya dan ini penting sekali?”,
kata Irsai disela nafasnya yang masih terengah-engah. “Hari Valentine itu kapan
sih?”.
Selsa langsung tertawa terpingkal-pingkal
saat denger pertanyaan Irsai. Dia tidak langsung jawab pertanyaan Irsai itu.
“Lah, kok kamu malah ketawa sih? Buruan
jawab dong”, desak Irsai.
Akhirnya karena melihat muka Irsai yang
mulai galak, Selsa segera menjawab pertanyaan tersebut. Oooo… Cuma itu kata
yang keluar dari mulut Irasi ketika mendengar jawaban dari Selsa. Aduh, Irsai
kamu ini polos, lugu atau ndeso sih?,
kata ku geli.
Perlahan-lahan Irsai mulai bisa melupakan
Ade. Hari Valentine juga tidak terjadi satu peristiwa khusus, selain berbagi
cokelat atau permen bagi para sepasang kekasih atau para sahabat. Waktu pun
mampu menyinari wajah Irsai kembali. Senyum, tawa dan candanya mulai bersemi
kemabli menghiasi setiap harinya. Aku pun bahagia turut dalam kebahagiaan
persahabatan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar