ZEPHYR (prolog)


ZEPHYR
Angin Sepoi-Sepoi

Prolog. . .


Selsana Lairafrani, itu nama yang dikasih orang tua buat aku. Menurut temen-temen, aku itu cantik, smart, baik, murah senyum tapi agak angkuh dan cuek. Aku anak kelas 2 SMA yag masih polos. Saat ini aku masih nekunin pelajaran-pelajaran di sekolah, sampai kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Seseorang, temen sekelas ku, sekaligus rival ku ternyata selalu memperhatika ku. Dia berulang kali mendekati ku, namun aku hanya cuek, toh aku tak ada rasa dengannya.
Sekolah masih seperti biasa, namun rupanya pagi itu ada yang special karena ada seorang murid baru di kelas kami. Seorang cowok,
banyak yang bilang ‘keren’, namanya Dryta. Menurut pandangan mata ku penampilannya sih biasa saja, bahkan ‘culun’ dengan belahan tengah rambutnya. Tapi temen-temen ku menilai dia tampan dan manis, malahan sudah ada seorang cewek yang naksir dia dan udah siap diantrian depan buat daftar jadi kekasihnya. Seorang cewek yang terkenal sebagai ‘primadona’ disekolah kami. Dia cantik, putih, manis, imut, keren, mungkin perfect dimata para kaum Adam. Tak jarang aku pun iri melihatnya.
Suatu hari, Dryta datang ke sekolah dengan penampilan berbeda, berbanding terbalik dengan pandangan mata ku selama ini. dia bukan lagi seorang cowok culun, dan tak bisa aku pungkiri mata ku mengatakan dia cakep saat melihatnya. Bahkan aku sampai tak berkedip melihatnya. Sebenarnya tidak banyak yang dia ubah dalam dirinya. Dia hanya mengubah sedikit rambutnya, rambut yang mulanya belah tengah dan kurang mode, diubahnya seketika menjadi rambut dengan belah pinggir penuh style. Setiap pelajaran berlangsung aku pasti tidak pernah absen untuk menengoknya, hanya sekedar untuk memandang Dryta yang cakep dan manis, dan tak ayal konsentrasi ku pelajaran membuyar. Ooohhh…. Setiap kali aku melihat Dryta, perasaan ku terasa nyaman, dan bawaannya seneng banget. Apa itu namanya? Aku mencoba melawan perasaan itu. Sulit, memang sulit. Aku mencoba membencinya dengan alas an sikap Dryta yang berlagak ‘sok keren’. Bahkan aku selalu ciek di depannya, seolah senyum ku tak tersedia untuknya.itu semua aku lakukan untuk melawan perasaan ku, aku tidak ingin perasaan ku sendiri akhirnya akan menghanyutkan ku.
Hari terus berganti, semua temen ku udah akrab dengan Dryta, kecuali aku. Aku tetap saja angkuh di depan dia. Sebenarnya aku sama sekali tidak membencinya, tapi aku… aku sendiri juga tidak mengerti, mengapa aku bersikap begitu jahat padanya. Ternyata saat pertama kali Dryta masuk ke sekolah ini, dia udah nanya-nanya banyak tentang aku ke salah satu teman dekatnya. Beberapa kali dia memang mendekati ku, namun aku selalu mencoba menghindar. Entah bagaimana perasaan dia? Mungkin dia berpikir bahwa aku ini cewek yang angkuh dan super cuek. Whatever he think, I don’t care! Aku hanya ingin sedikit memudarkan perasaan ku yang ‘aneh’ padanya. Egois! Yah, sifat itu juga yang dominan pada diriku. Dryta terus berusaha mendekati ku. Saat aku duduk sendirian di sebuah taman sekolah, dia datang dan duduk disamping ku. Secara spontan aku langsung menghindar dengan meninggalkan alasan bertubi-tubi yang kurang masuk akal. Yap, setelah aku menghindar, posisi ku segera digantikan oleh sang primadona yang sangat terpesona dengan Dryta. Dari kejauhan aku memandang, yahh… mereka cocok!
Setelah kejadian itu, mereka berdua menjadi semakin dekat. Sampai suatu saat terdengar kabar ke telinga ku bahwa sang primadona, Wida, menyatakan cintanya pada Dryta. Awalnya Dryta menolak dengan alasan dia tau siapa Wida, sang primadona agresif yang digandrungi para kaum adam, sehingga Wida bisa memilih pasangannya kapan pun dia mau. Namun karena Wida menyatakannya berulang kali dan memohon pada Dryta untuk mencoba belajar mencintanya, maka tak ayal Dryta tak kuasa menolaknya. Tentu! Cowok mana yang tidak terpikat dengan kemolekan dan kelembutan sang primadona. Aku merasa sedikit sedih, tapi untuk apa? Mereka berdua serasi, yah cocok! Perfect Couple!

Hubungan antara Dryta dan Wida tidak berlangsung lama, hanya sekitar satu bulan. Dryta memutuskan Wida, dan Wida menerimanya tanpa rasa sakit hati dan kecewa. Bagi Wida  cinta bisa diciptakan dan dimusnahkan begitu saja. Alasan Dryta memutuskan Wida adalah Dryta merasa bahwa dia memang tidak pernah bisa mencintai Wida. Jauh di lubuk hatinya telah terpendam cinta yang hebat untuk seseorang. Walau seseorang itu belum tentu membalas perasaannya, namun Dryta ingin kembali bangkit, dia ingin meraih cinta yang dia rasa. Lelah Dryta menyembunyikan sayangnya dan menjalin kasih dengan orang lain yang tidak pernah muncul dalam hatinya. Lelah Dryta bermain, berpura-pura menjadi kekasih yang baik. Dryta hanya ingin bahagia, maka dari itu dia mengakhiri jalinan kasih dengan Wida. Bukankah setiap orang berhak memilih siapa yang dia cintai? Dan Dryta telah memilihnya, seseorang yang samapi saat ini masih menutup erat pintu hatinya, seseorang yang begitu dingin padanya. Dryta terus saja menawarkan kelembutan pada sang gadis pujaannya, walau terkadang hanya acuh sebagai balasannya. Dryta tidak peduli, toh suatu saat batu juga akan lapuk oleh lumut juga, begitu pikirnya.

Tidak ada komentar: