On
my mind….
Malam yang dingin dan
sunyi. Samar-samar terdengar lembut isakan tangis seorang gadis. Dan, dalam
kepekatan malam aku menangis. Air mata ini terasa hangat mengalir di kedua
belah pipiku. Aku terisak. Dada ini semakin terasa sesak.Menyakitkan. Aku
semakin tidak sanggup menahan kesedihan ku sendiri. Semua mengalir begitu saja
dalam dinginnya dekapan malam ini. Rasa itu begitu membelenggu, menggurung
diriku dalam ruang yang begitu pengap. Menjadikan ku menjadi sosok yang begitu
lemah dan tak berdaya melawan diriku sendiri. Ku pejamkan kedua mataku dan aku
mulai merasakan kenangan itu kembali menghampiriku.Bayangan itu semakin terasa
nyata didepanku. Arghh…aku tersentak dari
lamunanku sendiri. Aku mencoba mengelak dari bayang-bayang yang kian lama hanya akan semakin melukai ku. Bukan salah dia, aku terluka. Bukan sebab dia aku menangis. Aku hanya tak kuasa menahan perasaan ku sendiri. Tak mampu menahan gejolak rasa ku yang selalu memikirkannya, sulit menghindarinya, walau aku sering mencoba. Aku tetap kalah melawan rasa itu. Mungkinkah aku benar-benar menyayanginya? Ataukah aku hanya mengaguminya semata? Aku pun tak mengerti, sulit bagiku untuk memahaminya. Terkadang aku menginginkan dia disampingku, walau hanya seketika saja, aku ingin dia mendengarkanku. Aku tak inginkan jawaban atau sepatah kata pun darinya, aku hanya butuh dia mendengar ku. Tapi, pada siapa aku akan bicara? Sementara dia telah pergi dan beranjak dari samping ku. Aku hanya sanggup bergumam dan mengiba dengan batin ku. Menyedihkan. Yahh…mungkin aku memang terlampau menyedihkan, hanya karena dia, aku merintih seolah dunia ini telah runtuh didepan mataku. Tapi, begitulah hati ini merasa. Hampa. Kosong. Saat dia menghapus ku dari hatinya.
Malam ini, ku biarkan hati ini sejenak mengenangnya. Ku biarkan air mata ini menemani angan ku tentangnya yang tinggal puing-puing semata. Mungkin bagimu aq memang bukan siapa siapa. Hanya seseorang yang tak pernah berguna, atau bahkan aku hanyalah pelampiasan cintamu padanya. Aku tak mengerti… sama seperti kamu yang tak pernah mengerti dengan perasaanku. Kau campakkan begitu saja, kau tinggalkan seolah ini semua hanyalah sebuah permainan. Sungguh ironis. Memang semua belum berawal, tapi aku percaya bahwa permulaan itu akan datang. Akan tetapi ternyata hal itu hanyalah menjadi sebuah kedustaan, tanpa percaya lagi. Semua musnah begitu saja saat kau mengijakkan kaki keluar dari rasa yang pernah kita miliki. Mungkin memang salahku, karena imbas itu masih saja tetap berlaku. Salahku yang pernah ingin memiliki mu. Salahku yang pernah menyayangimu. Tanpa memandang siapa dirimu dan diriku. Aku biarkan rasa itu mengalir begitu saja, melawan realita tentang keberadaan diri kita masing-masing. Ini memang salah. Rasa cinta yang salah pada penempatannya. Aku memang tak pernah bisa pantas mencintaimu. Apalagi kamu mencintaiku. Itu hanyalah anggapan ku semata, akan tetapi pada kenyataannya? Aku sekedar persinggahanmu saja. Bukan begitu? Aku terlampau kecewa dengan kenyataan ini, karena aku telah percaya dengan impian itu. Aku memang tak segera tersadar, bahwa semua telah berakhir dan rasa itu telah mencapai batas. Aku masih saja menutup mata dan menghindar dari realita ini. Yahh…semua hanya cerita usang yang tak layak lagi untuk kita sentuh. Karena kamu telah membuangnya, dan aku tak berhak lagi memunggutnya. Biarkan saja semua berlajan didalam rasa masing-masing. Sampai suatu saat…kita bertemu di kehidupan kita sendiri. Sampai suatu saat….aku pun tak lagi merasakan kasih itu, seperti kamu yang telah mampu menanggalkannya dalam waktu tiga hari. Begitu singkat. Begitu sesaat. Namun, jika aku kembali pada diriku, kapankan aku mampu menghapus rasa ini hingga tuntas? Entahlah. Biarkan waktu menghayutkan perasaan ku padamu.
lamunanku sendiri. Aku mencoba mengelak dari bayang-bayang yang kian lama hanya akan semakin melukai ku. Bukan salah dia, aku terluka. Bukan sebab dia aku menangis. Aku hanya tak kuasa menahan perasaan ku sendiri. Tak mampu menahan gejolak rasa ku yang selalu memikirkannya, sulit menghindarinya, walau aku sering mencoba. Aku tetap kalah melawan rasa itu. Mungkinkah aku benar-benar menyayanginya? Ataukah aku hanya mengaguminya semata? Aku pun tak mengerti, sulit bagiku untuk memahaminya. Terkadang aku menginginkan dia disampingku, walau hanya seketika saja, aku ingin dia mendengarkanku. Aku tak inginkan jawaban atau sepatah kata pun darinya, aku hanya butuh dia mendengar ku. Tapi, pada siapa aku akan bicara? Sementara dia telah pergi dan beranjak dari samping ku. Aku hanya sanggup bergumam dan mengiba dengan batin ku. Menyedihkan. Yahh…mungkin aku memang terlampau menyedihkan, hanya karena dia, aku merintih seolah dunia ini telah runtuh didepan mataku. Tapi, begitulah hati ini merasa. Hampa. Kosong. Saat dia menghapus ku dari hatinya.
Malam ini, ku biarkan hati ini sejenak mengenangnya. Ku biarkan air mata ini menemani angan ku tentangnya yang tinggal puing-puing semata. Mungkin bagimu aq memang bukan siapa siapa. Hanya seseorang yang tak pernah berguna, atau bahkan aku hanyalah pelampiasan cintamu padanya. Aku tak mengerti… sama seperti kamu yang tak pernah mengerti dengan perasaanku. Kau campakkan begitu saja, kau tinggalkan seolah ini semua hanyalah sebuah permainan. Sungguh ironis. Memang semua belum berawal, tapi aku percaya bahwa permulaan itu akan datang. Akan tetapi ternyata hal itu hanyalah menjadi sebuah kedustaan, tanpa percaya lagi. Semua musnah begitu saja saat kau mengijakkan kaki keluar dari rasa yang pernah kita miliki. Mungkin memang salahku, karena imbas itu masih saja tetap berlaku. Salahku yang pernah ingin memiliki mu. Salahku yang pernah menyayangimu. Tanpa memandang siapa dirimu dan diriku. Aku biarkan rasa itu mengalir begitu saja, melawan realita tentang keberadaan diri kita masing-masing. Ini memang salah. Rasa cinta yang salah pada penempatannya. Aku memang tak pernah bisa pantas mencintaimu. Apalagi kamu mencintaiku. Itu hanyalah anggapan ku semata, akan tetapi pada kenyataannya? Aku sekedar persinggahanmu saja. Bukan begitu? Aku terlampau kecewa dengan kenyataan ini, karena aku telah percaya dengan impian itu. Aku memang tak segera tersadar, bahwa semua telah berakhir dan rasa itu telah mencapai batas. Aku masih saja menutup mata dan menghindar dari realita ini. Yahh…semua hanya cerita usang yang tak layak lagi untuk kita sentuh. Karena kamu telah membuangnya, dan aku tak berhak lagi memunggutnya. Biarkan saja semua berlajan didalam rasa masing-masing. Sampai suatu saat…kita bertemu di kehidupan kita sendiri. Sampai suatu saat….aku pun tak lagi merasakan kasih itu, seperti kamu yang telah mampu menanggalkannya dalam waktu tiga hari. Begitu singkat. Begitu sesaat. Namun, jika aku kembali pada diriku, kapankan aku mampu menghapus rasa ini hingga tuntas? Entahlah. Biarkan waktu menghayutkan perasaan ku padamu.
Ku usap kedua pipi ku yang berliinang
air mata. Aku pejamkan mataku sekali lagi. Bayangan itu masih nyata dalam
benakku. Tuhan…rintihku sesaat. Biarkan aku melupakannya, ajari aku menghapus
semua rasa yang dulu pernah tercipta untuknya. Bukankah sekarang aku sudah
tidak pantas mengingatnya? Bukankah sekarang aku sudah tidak layak mengulang
kisah yang telah lau? Karena dia sudah melupakan ku, karena dia sudah tak lagi
mencintai ku…. Aku kembali terisak. Batin ini begitu letih. Mengingatnya.
Mengenangnya. Memimpikan dia kembali berada disisi ku. Sebuah khayalan yang
hanya menjadi angan-angan semu. Ku telungkupkan kedua tangan ku. Semua telah
terjadi. Semua telah berlalu. Semua telah berakhir dan tak akan kembali. Itulah
kenyataan yang seharusnya aku terima. Begitulah cinta ini kau akhiri. Seperti
itulah cerita antara diriku dan dirimu mulai menjadi memori, yang tak perlu
disesali…
Aku menghela napas panjang. Perlahan
perasaan ku berangsur pulih. Hatiku mulai menemukan kembali kekuatan. Kekuatan
untuk menghadapi realita ini, melangkah dan melupakanmu.
Aku tidak akan mencoba untuk segera menemukan orang lain. Aku hanya akan diam.
Sendiri. Memandangnya dari kejauhan. Menikmati dan mengagumi sosok dirinya.
Walau kaki ini akan tetap melangkah, tanpa harus memaksa melupakanmu. Biarlah
waktu yang menentuksn, kemana perasaan ini akan bermuara. Mungkin tetap padamu atau
suatu saat akan temukan orang lain. Aku biarkan semua berjalan apa adanya,
biarkan ingatan ini terus menerus memikirkanmu. Tanpa pernah kau ketahui. Tanpa
harus kau lihat. Di sini, aku masih berdiri pada posisi yang sama saat kau
meninggalkan ku…
Malam ini ku coba mengenal sosok
dirinya lagi. Merasakan kembali cinta yang dulu pernah dia tanam, tanpa bisa
aku tuai. Cinta yang dulunya nyata dihadapanku. Namun, sekarang hanya menjadi
cerita, aku pandang wajah yang mampu membuat hatiku beku. Sosok yang mengerti
aku, sosok yang pernah aku sayangi. Tanpa terasa, airmata ini kembali menetes.
Aku tak sanggup memandang wajah itu, membuat hatiku semakin sendu. Aku tutup
foto itu dan mulai menghapus bayangan wajah itu. Dalam hati, aku bergeming
‘selamat malam, sayang… mimpi indah. I LOVE YOU’ Kata yang dulu selalu ku
dengar. Namun, sekarang terasa asing bagiku. Musnah. Aku tutup malam ini dengan
kenangan-kenangan indah saat sejenak bersamanya. Penuh senyum kerinduan.
Berharap dapat bertemu dengannya. Dalam mimpi.
Tunggu kisah selanjutnya........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar